Selasa, 30 Oktober 2012

Strategi Penetapan Harga Jual


Cost Plus Pricing (CPP)
Yaitu strategi menetapkan harga jual dengan menggunakan hitungan biaya produksi internal seperti harga pokok penjualan (HPP/cost of good sold) atau harga modal dan biaya operasional yang timbul, lalu ditambah dengan margin keuntungan yang diinginkan.
Artinya CPP melakukan perhitungan maju (forward calculation), dari biaya internal yang ditimbulkan menuju harga jualnya. Metode ini adalah yang paling umum digunakan.
Jika ada perubahan pada HPP nya maka untuk mendapatkan margin keuntungan yang sama otomatis harga akan berubah. CPP memungkinkan terjadinya perang harga. Siapa yang paling murah, dia punya kesempatan lebih baik. Oleh karena itu CPP cocok digunakan untuk target pasar yang 'price-sensitive'.

Market Based Pricing (MBP)
Yaitu menetapkan harga jual dengan melihat harga di pasaran yang sudah ditetapkan oleh para pemain sebelumnya. Jika harga rata-rata suatu produk di pasaran sekian rupiah, maka kita harus menggunakan harga tersebut agar kompetitif.
Artinya MBP melakukan perhitungan mundur (backward calculation), untuk mengetahui apakah masih ada sisa labanya setelah melihat harga jual dikurangi biaya-biaya yang timbul.
Biasanya metode ini digunakan untuk produk-produk consumer goods atau daily needs.
MBP masih lebih baik dari CPP karena menghindari terjadinya perang harga tapi resikonya adalah munculnya isu kartel atau permainan harga dari para pemain besar dengan modal yang kuat.

Value Perception Pricing (VPP)
Metode ini menggunakan persepsi pelanggan untuk menetapkan harga yang pantas dari sebuah layanan atau produk. Harga produk tidak selalu harus berbanding lurus dengan biaya produksi atau cost.
Metode ini cocok diterapkan untuk target pasar yang tidak sensitive terhadap harga, Selama konsumen menganggap kualitas produk dan layanannya baik, mereka tidak akan segan-segan untuk membelinya dengan harga mahal sekalipun.

Senin, 22 Oktober 2012

Permennya Lupa Dimakan


charlie and the chocolate factory


Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.

Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa. Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.

Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa diambil. Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lolipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob, "Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat? Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat." Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Minggu, 21 Oktober 2012

Uang Dan Perannya Dalam Perekonomian


Uang merupakan dasar pertukaran barang dan jasa.  Bisa dikatakan bahwa kemampuan untuk berbelanja dibatasi oleh jumlah uang yang dapat dikeluarkan oleh para pembeli potensial.

Sebelum ada uang, untuk keperluan belanja barang keperluan dilakukan secara barter.  Namun semakin kompleksnya kebutuhan manusia maka sistem barter mulai sulit dilakukan dan tidak mampu  mengkaver seluruh sistem pertukaran barang apalagi jasa.

Dari kesulitan barter tersebut maka mulailah digunakan uang kertas maupun logam yang biasanya dikeluarkan oleh Bank Sentral negara setempat, seperti BI untuk Indonesia.  Uang yang digunakan ini  nilai nominalnya lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya. Uang yang beredar dimasyarakat ini disebut uang kartal (currency).  Dalam perkembanganya uang kartal memiliki keterbatasan penggunaanya sehingga dibuatlah jenis uang lain yakni uang Giral (demand deposit), berupa cek yang dikeluarkan oleh bank umum. Dikenal juga sebutan uang kuasi (quasi money) karena uang tersebut tidak langsung bisa digunakan sebagai alat tukar, yakni tabungan dan   deposito.

Penggunaan uang bisa didefinisikan sebagai alat tukar dan alat penyebut yang sama untuk menyatakan harga atau hutang. Di Indonesia bentuk uang terdiri dari uang logam, uang kertas dan uang giral yang ketiganya merupakan Jumlah Uang Beredar (M) yang sering kita singkat menjadi JUB atau merupakan supply uang di luar bank, yang merupakan alat untuk memperoleh output.